Karya Ilmiah Remaja XI IPA 1
|
Pengaruh
Bahasa Gaul Di Kalangan Remaja
|
Kelompok6:
Any Refita Rani-06.
Hasan Ma’ruf-14.
M. Izza Ar
Roziq-22.
Yufida
Nur Azizah-30.
|
KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikum
Wr.Wb
Puji syukur kehadirat Allah SWT.
atas curahan nikmat-Nya. Sholawat serta salam semoga tetap tercurahkan kepada
Rasulullah SAW. beserta para sahabat dan pengikut setianya, semoga
kesuksesan senantiasa mewujud dalam kehidupan dunia dan akhirat. Amin
Pada dasarnya karya ilmiah yang
berjudul “Bahasa Gaul di Kalangan Pelajar” ini adalah untuk memenuhi tugas
kelompok mata pelajaran Bahasa Indonesia. Dalam penyusunan karya ilmiah ini,
penyusun mendapat bantuan dari beberapa pihak, oleh karena itu penyusun menyampaikan
terimakasih kepada :
1.
Bapak Drs. P.Slamet Waluyo M,Pd. I,
selaku Kepala MAN Tlogo Blitar.
2.
Bapak Bagus Widodo S.Pd selaku
walikelas XI IPA 1 MAN Tlogo Blitar.
3.
Ibu Sri Wahyuni selaku guru Bahasa
Indonesia kelas XI IPA 1 MAN Tlogo Blitar.
4.
Pihak-pihak lain yang tidak dapat
penyusun sebutkan.
Kami menyadari karya ilmiah ini masih banyak kekurangan dan kelemahannya,
baik dalam
isi maupun sistematikanya. Oleh karena itu,kami sangat mengharapkan
kritik dan saran yang bersifat membangun untuk menyempurnakan karya ilmiah berikutnya.
Wassalamu’alikumWr.Wb
Blitar, Januari 2014
Penyusun
DAFTAR ISI
Kata Pengantar
. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 2
Daftar Isi. . .
. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 3
I.
Pendahuluan. . . . . . . . . . . . .
. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 4
·
Latar Belakang. . . . . . . . . . .
. . . . . . . . . . . . . . 4
·
Identifikasi Masalh. . . . . . . . .
. . . . . . . . . . .. . . 4
·
Rumusan Masalah. . . . . . . . . . .
. . . . . . . . . . . . 5
·
Tujuan Masalah. . . . . . . . . . .
. . . . . . . . . . . . . . . 5
II.
Pembahasan. . . . . . . . . . . . .
. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 6
III.
Penutup. . . . . . . . . . . . . . .
. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 27
·
Kesimpulan. . . . . . . . . . . . .
. . . . . . . . . . . . . . 27
·
Saran. . . . . . . . . . . . . . . .
. . . . . . . . . . . . . . . . .
27
Daftar Pustaka.
. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 28
I Pendahuluan
1.1 Latar Belakang
Di era globalisasi ini kemajuan teknologi dan informasi telah mempengaruhi
beberapa aspek kehidupan. Salah satunya aspek dalam komunikasi para pelajar.
Komunikasi antar pelajar ini berpengaruhi pada posisi Indonesia dalam kehidupan
berbangsa dan bernegara. Posisi bahasa
Indonesia sebagai pemersatu bangsa serta media yang formal dalam menyampaikan
informasi di bidang pendidikan kini mulai memudar.
Generasi
muda yang harusnya menjunjung tinggi bahasa kesatuan yaitu bahasa Indonesia
justru lebih condong menggunakan bahasa gaul. Fenomena inilah yang akan
menurunkan semangat nasionalisme para generasi muda khususnya para pelajar.
Oleh
sebab itu, penelitian ini sangatlah perlu dilakukan mengingat kondisi pelajar
dengan kebiasaan negatif tersebut.
1.2 Identifikasi Masalah
·
Maraknya ragam bahasa gaul yang digunakan para pelajar ketika bergaul
dengan sesama.
·
Banyaknya faktor penggunaan bahasa gaul dalam percakapan.
·
Cara yang tepat utuk mengajarkan bahasa yang baku kepada para pelajar.
1.3 Rumusan Masalah
·
Apa saja ragam bahasa gaul yang marak di gunakan oleh para pelajar dalam
pergaulan remaja ?
·
Apa faktor penyebab penggunaan bahasa gaul dalam percakapan ?
·
Bagaimana cara yang tepat untuk mengajarkan bahasa baku ?
1.4 Tujuan
Masalah
·
Untuk mengetahui bahasa gaul yang
marak di gunakan oleh para pelajar dalam pergaulan remaja.
·
Dapat mengidentifikasi faktor yang
menyebabkan penggunaan bahasa gaul dalam percakapan.
·
Untuk mengetahui cara yang tepat
untuk mengajarkan bahasa baku.
II PEMBAHASAN
Penggunaan bahasa saat ini semakin
berkembang seiring dengan perkembangan zaman. Ada banyak komponen yang
mempengaruhi penggunaan bahasa terutama ketika kita berkomunikasi, baik formal
maupun nonformal. Perkembangan tersebut harus diperhatikan karena bahasa merupakan salah satu alat untuk mengadakan
interaksi terhadap manusia yang lain, dengan kata lain bahasa tidak dapat
dipisahkan dengan manusia. Dan dengan adanya bahasa kita kita dapat berhubungan
dengan masyarakat lain yang akhirnya melahirkan komunikasi dalam masyarakat.
Faktor atau komponen yang mempengaruhi
perkembangan bahasa yaitu umur, kondisi lingkungan, kecerdasan, status social ekonomi
keluarga, dan kondisi fisik. Berbicara mengenai umur, seseorang ketika
bertambah umur akan semakin matang pertumbuhan fisiknya, bertambah pengalaman,
dan meningkat kebutuhannya. Bahasa seseorang akan berkembang sejalan dengan
pertambahan pengalaman dan kebutuhannya.
Yang kedua kondisi lingkungan. Lingkungan
tempat kita tumbuh dan berkembang memberi andil yang cukup besar dalam
berbahasa. Perkembangan bahasa di lingkungan perkotaan akan berbeda dengan di
lingkungan pedesaan. Begitu pula perkembangan bahasa di daerah pantai,
pegunungan, dan daerah-daerah terpencil dan di kelompok sosial lain.
Ketiga kecerdasan, karena untuk meniru
lingkungan tentang bunyi atau suara, gerakan, dan mengenal tanda-tanda,
memerlukan kemampuan motorik yang baik. Kemampuan motorik seseorang berkolerasi
positif dengan kemampuan intelektual atau tingkat berpikir. Ketepatan meniru,
memproduksi perbendaharaan kata-kata yang diingat, kemampuan menyusun kalimat
dengan baik, dan memahami atau menangkap maksud pernyataan pihak lain, amat
dipengaruhi oleh kerja pikir atau kecerdasan seseorang.
Berikutnya status sosial ekonomi keluarga. Keluarga
yang berstatus sosial ekonomi baik, akan mampu menyediakan situasi yang baik
bagi perkembangan bahasa anak-anak dan anggota keluarganya. Rangsangan untuk
dapat ditiru oleh anak-anak dari anggota keluarga yang berstatus sosial rendah.
Hal ini akan tampak perbedaan perkembangan bahasa bagi anak yang hidup didalam
keluarga terdidik dan tidak terdidik. Dengan kata lain pendidikan keluarga pengaruh
pula terhadap perkembangan bahasa.
Ada juga factor kondisi fisik. Kondisi fisik di
sini dimaksudkan kondisi kesehatan. Seseorang yang cacat yang terganggu kemampuannya
untuk berkomunikasi seperti bisu, tuli, gagap, atau organ suara tidak sempurna
akan menggangu perkembangan berkomunikasi dan tentu saja akan mengganggu
perkembangannya dalam berbahasa.
Dari
sekian banyak komponen yang mempengaruhi perkembangan bahasa tentunya akan
berbeda-beda pada setiap individu. Dan juga bahasa yang ada didunia sangatlah
banyak. Salah satunya bahasa Indonesia. Bahasa Indonesia adalah bahasa Melayu yang dijadikan sebagai bahasa resmi Republik
Indonesia[[1]] dan bahasa persatuan bangsa Indonesia.[[2]] Bahasa Indonesia
diresmikan penggunaannya setelah Proklamasi
Kemerdekaan Indonesia, tepatnya sehari sesudahnya, bersamaan dengan mulai berlakunya konstitusi saai itu.
Penamaan "Bahasa
Indonesia" diawali sejak dicanangkannya Sumpah Pemuda, 28 Oktober 1928, untuk
menghindari kesan "imperialisme bahasa" apabila nama bahasa Melayu
tetap digunakan.[[3]] Proses ini menyebabkan
berbedanya Bahasa Indonesia saat ini dari varian bahasa Melayu yang digunakan
di Riau maupun Semenanjung Malaya. Hingga saat ini, Bahasa Indonesia merupakan bahasa yang hidup, yang terus
menghasilkan kata-kata baru, baik melalui penciptaan maupun penyerapan dari bahasa daerah dan bahasa asing.
Dari sini timbullah permasalahan,
karena bahasa Indonesia adalah bahasa yang hidup dan mempunyai sebuah aturan
yang baku dalam pengguanaanya, namun dalam prakteknya sering terjadi
penyimpangan dari aturan yang baku tersebut. Kata-kata
yang menyimpang itu disebut kata non baku. Hal ini terjadi salah satu
penyebabnya adalah faktor lingkungan. Faktor ini mengakibabkan daerah yang satu
berdialek berbeda dengan dialek didaerah yang lain, walaupun bahasa yang
digunakannya terhadap bahasa Indonesia.
Berikut
macam-macam dialek sebagai
berikut:
1.
Dialek regional, yaitu rupa-rupa bahasa
yang digunakan di daerah tertentu sehingga ia membedakan bahasa yang digunakan
di suatu daerah dengan bahasa yang digunakan di daerah yang lain. Oleh karena itu, dikenallah bahasa Melayu dialek Ambon, dialek Jakarta (Betawi), atau bahasa Melayu
dialek Medan.
2.
Dialek sosial, yaitu dialek yang
digunakan oleh kelompok masyarakat tertentu atau yang menandai tingkat
masyarakat tertentu. Contohnya dialek wanita dan dialek remaja.
3.
Dialek temporal, yaitu dialek yang
digunakan pada kurun waktu tertentu. Contohnya dialek Melayu zaman Sriwijaya dan dialek Melayu zaman Abdullah.
4.
Idiolek, yaitu keseluruhan ciri
bahasa seseorang. Sekalipun kita semua berbahasa Indonesia, kita masing-masing
memiliki ciri-ciri khas pribadi dalam pelafalan, tata bahasa, atau pilihan dan
kekayaan kata.
Oleh karena itu muncul keanekaragaman bahasa
dalam bahasa Indonesia secara terus menerus. Tetapi, dalam perkembangannya
muncul bahasa-bahasa nonstandar yang kurang lazim digunakan dalam percakapan
dan menggantikan bahasa baku yang telah ada. Bahasa itu biasa disebut “Bahasa
Gaul”.
Bahasa gaul sebenarnya sudah ada sejak 1970-an.
Awalnya istilah-istilah dalam bahasa gaul itu untuk merahasiakan isi obrolan
dalam komunitas tertentu. Tapi karena sering juga digunakan di luar
komunitasnya, lama-lama istilah-istilah tersebut jadi bahasa sehari-hari.
Misalnya bahasa okem, awalnya digunakan oleh para
preman yang kehidupannya dekat sekali dengan kekerasan, kejahatan, narkoba, dan
minuman keras. Istilah-istilah baru mereka ciptakan agar orang-orang di luar
komunitas mereka tidak tahu. Dengan begitu, mereka tak perlu lagi
sembunyi-sembunyi untuk membicarakan hal negatif yang akan maupun yang telah
mereka lakukan.
Karena begitu
seringnya mereka menggunakan bahasa sandi mereka itu di berbagai tempat,
lama-lama orang awam pun mengerti yang mereka maksud. Akhirnya mereka yang
bukan preman pun ikut-ikutan menggunakan bahasa ini dalam obrolan sehari-hari
sehingga bahasa okem tidak lagi menjadi bahasa rahasia.
Itu salah satu contoh kecil munculnya bahasa
gaul di masyarakat. Penggunaan bahasa gaul oleh masyarakat luas lebih
menimbulkan dampak negatif dari pada positif terhadap perkembangan bahasa
Indonesia sebagai identitas bangsa pada saat sekarang dan masa yang akan
datang. Masyarakat sudah banyak yang memakai bahasa gaul dan parahnya lagi
generasi muda Indonesia juga tidak terlepas dari pemakaian bahasa gaul ini.
Bahkan generasi muda inilah yang banyak memakai bahasa gaul daripada pemakaian
bahasa Indonesia.
Dan ini perbandingan dampak negatif dan positif
bahasa gaul terhadap pengguna dan orang lain:
·
Dampak
Positif
Dampak positif dengan digunakannya bahasa gaul
adalah remaja menjadi lebih kreatif. Terlepas dari menganggu atau tidaknya
bahasa gaul ini, tidak ada salahnya kita menikmati tiap perubahan atau inovasi
bahasa yang muncul. Asalkan dipakai pada situasi yang tepat, media yang tepat
dan komunikan yang tepat juga.
·
Dampak
Negatif
Penggunaan bahasa gaul dapat mempersulit penggunanya
untuk berbahasa Indonesia dengan baik dan benar. Padahal di sekolah atau di
tempat kerja, kita diharuskan untuk selalu menggunakan bahasa yang baik dan
benar. Tidak mungkin jika pekerjaan rumah, ulangan atau tugas sekolah
dikerjakan dengan menggunakan bahasa gaul. Karena, bahasa gaul tidak masuk ke
dalam tatanan bahasa akademis. Begitu juga di kantor, laporan yang kita buat
tidak diperkanakan menggunakan bahasa gaul. Sebaiknya ketika situasi kita dalam
situasi yang formal jangan menggunakan bahasa gaul sebagai komunikasi.
Fenomena ini juga menjadi sorotan sastrawan
Taufik Ismail yang terjadi di kalangan generasi muda saat ini. Dirinya
menyayangkan generasi muda saat ini kurang mahir membaca puisi dan menulis.
"Saya berharap anak muda tak hanya pintar
berbahasa gaul saja, tapi juga mahir membuat dan membaca puisi," ungkap
Taufik, saat Jambore Perpustakaan II-2013, di Lapangan Kecamatan
Pamulang, Rabu (13/11/2013).
Berikut ciri-ciri bahasa gaul yang ada di masyarakat:
1.
Kosakata khas:
berkata →
bilang, berbicara →
ngomong,
cantik →kece,
dia → doi, doski,
kaya →tajir, bahaya →
berabe,
ayah →
bokap, ibu →
nyokap,
cinta →cintrong, aku →gua, gue, gwa,
kamu
→
lu, lo, elu, kita →
kite
2.
Penghilangan huruf (fonem)
awal:
sudah → udah, saja → aja,
sama → ama, memang → emang.
3.
Penghilangan huruf “h”:
habis
→ abis, hitung
→ itung,
hujan → ujan, hilang →
ilang,
hati → ati, hangat →
anget,
tahu → tau, lihat →
liat,
pahit → pait, tahun
→ taon,
bohong → boong.
4.
Penggantian huruf
"a" dengan "e":
benar → bener, cepat → cepet,
teman → temen, cakap → cakep,
sebal → sebel, senang → seneng,
putar → puter, seram →serem.
5.
Penggantian diftong
"au", "ai" dengan "o" dan "e":
kalau → kalo, sampai →
sampe,
satai → sate, gulai →
gule,
capai → cape, kerbau →
kebo,
pakai → pake, mau (bukan diftong) → mo,
6.
Pemendekan kata atau
kontraksi dari kata/frasa yang panjang:
terima kasih →
makasi/trims, bagaimana → gimana,
begini →
gini, begitu → gitu,
ini → nih, itu → tuh.
Dengan imbuhan:
1.
Peluluhan sufiks me-, pe- seperti:
membaca → baca, bermain → main,
berbelanja → belanja, membeli → beli,
membawa → bawa, pekerjaan →kerjaan,
permainan → mainan,
2.
Penggunaan akhiran
"-in" untuk menggantikan akhiran "-kan":
bacakan →
bacain, mainkan →
mainin,
belikan → beliin, bawakan →
bawain,
hidupkan → hidupin.
3.
Nasalisasi kata kerja
dengan kata dasar berawalan 'c':
mencuci → nyuci, mencari → nyari,
mencium →
nyium, menceletuk →nyeletuk,
4.
Untuk membentuk kata kerja
transitif, cenderung menggunakan proses nasalisasi. Awalan "me-",
akhiran "-kan" dan "-i" yang cukup rumit dihindarkan.
· Proses nasalisasi kata kerja aktif+ in untuk membentuk kata kerja transitif
aktif: memikirkan→ mikirin, menanyakan→ nanyain,
merepotkan→ ngerepotin, mengambilkan→ ngambilin
· Bentuk pasif 1: di + kata dasar + in:
diduakan → diduain, ditunggui → ditungguin,
diajari → diajarin, ditinggalkan → ditinggalin
· Bentuk pasif 2: ke + kata dasar yang merupakan padanan bentuk pasif
"ter-" dalam bahasa Indonesia baku:
tergaet → kegaet, tertimpa → ketimpa,
terpeleset
→ kepeleset, tercantol →
kecantol,
tertipu
→ ketipu, tertabrak → ketabrak
Dalam percakapan biasanya hanya kalimat pertama yang
menggunakan subyek, sedangkan sisanya bahkan
tidak menggunakan kata ganti orang (pronomina) sama sekali. Contoh percakapan
berikut antara Budi dan Aida dalam cerpen "Atas Nama Cinta": [Majalah
Kawanku, No.08, 20-08-2000] Bahasanya singkat tetapi komunikatif.
Budi :"Kamu anak baru, ya?"
Aida : "Iya."
Budi : "Jurusan apa?"
Budi : "Jurusan apa?"
Aida : "Sastra
Inggris."
Budi : "Pantesan cantik"
Budi : "Pantesan cantik"
Aida : "Makasih."
Budi : "Eh, mau ini?"
Budi : "Eh, mau ini?"
Aida : "Apa tuh? Obat ,ya?"
Budi : "Iya, kalo mau ambil aja."
Budi : "Iya, kalo mau ambil aja."
Aida : "Nggak, ah..."
Contoh bahasa gaul di sosial media:
1. ALAY :
Singkatan dari Anak Layangan, yaitu orang-orang
kampung yang bergaya norak. Alay sering diidentikkan dengan hal-hal yang norak
dan narsis.
2. KOOL :
Sekilas cara membacanya sama dengan “cool”
(keren), padahal kata ini merupakan singkatan dari KOalitas Orang Lowclass,
yang artinya mirip dengan Alay
3. LEBAY :
Merupakan hiperbol dan singkatan dari kata
“berlebihan”. Kata ini populer di tahun 2006-an.
4. JAYUS :
Artinya sebenarnya adalah lawakan atau tingkah
laku yang maunya melucu tapi tidak lucu. Istilah Jayus populer di tahun 90an
dan masih sesekali digunakan di masa kini.
5. GARING :
Kata ini merupakan kata dari bahasa Sunda yang
berarti “tidak lucu”.
6. MENEKETEHE :
Kata ini sebenarnya berasal dari kata “Mana
Kutahu”. Istilah itu cukup populer dan saat ini cukup sering digunakan orang.
7. CING :
Kata “cing” biasa digunakan sebagai sapaan
untuk teman dekat. Misalnya, “Mau ke mana, Cing?”
8. EMBER :
Kata ini merupakan plesetan dari kata
“Memang Begitu”.
9. AKIKA :
Merupakan sandi untuk mengatakan “Saya”. Kata
ini pertama kali dipopulerkan oleh kaum waria di tahun 90an.
10. SEMOK :
Berasal dari bahasa Jawa yang berarti “Montok”.
Kata ini belakangan sering digunakan orang untuk menggambarkan wanita yang
cantik dan seksi.
11. LOL :
Kata ini belakangan ini sering dipakai,
terutama dalam komunikasi chatting. Kata itu merupakan singkatan dari Laugh Out
Loud yang berarti “Tertawa Terbahak-bahak”.
12. WIL dan PIL :
Merupakan singkatan dari Wanita Idaman Lain dan
Pria Idaman Lain.
13. GETHO LOH..:
Kata ini berarti “Demikian / Begitu”, yang
merupakan penekanan dari sebuah penjelasan yang disampaikan oleh sang
pembicara. Kata ini cukup terkenal di tahun 2007, karena sering digunakan oleh
para penyiar radio (terutama radio anak muda) setiap kali selesai menjelaskan
sesuatu. Kata ini makin populer manakala sering digunakan dalam berbagai
percakapan yang bernada jenaka di berbagai acara televisi.
14. SECARA :
Kata ini sebenarnya adalah bahasa Indonesia,
yang bermakna “Adalah”. Namun kata ini menjadi populer di tahun 2006an di
kalangan siswa-siswi SMU yang menggunakan kata ini sebagai kata ganti “Karena
atau Soalnya”. Sesekali pula digunakan sebagai sisipan tanpa makna (hanya
sebagai penekanan pada kalimat yang mereka katakan). Contoh pemakaiannya :
a.
Gua
gak bisa ke rumah lo neh hari ini, secara bokap gue lagi sakit.
b.
Ya…
gimana dong? Secara gue ini kan gaul…
15. JUTEK :
Kata ini digunakan untuk melukiskan orang yang
menyebalkan, judes, galak, mudah marah, dan sombong.
16. BT atau BETE :
Merupakan singkatan dari Boring Total.
17. KAMSUD :
Merupakan pembalikan konsonan kata “Maksud”.
Kata ini mulai populer, terutama di kalangan para cewek di ruang chatting dunia
maya.
18. KATROK :
Orang kampung atau orang desa. Kata ini
kemudian menjadi bahasa umum untuk menggambarkan orang yang kampungan.
Itulah bagaimana bahasa gaul mempengaruhi
sebagian aspek kehidupan masyarakat. Tapi bagaimana jika bahasa gaul merebak
dikalangan pelajar?
Peneliti telah melakukan penelitian menggunakan
metode angket mengenai bahasa gaul di kalangan pelajar dengan sempel 50
siswa-siswi MAN Tlogo Blitar yang dipilih secara acak. Hasilnya seperti di
bawah ini:
Pertanyaan
|
Jawaban
|
||||
Apakah kamu mengetahui bahasa gaul?
|
Iya = 47 anak
|
Tidak = 3 anak
|
|||
Pernahkah kamu menggunakan bahasa
gaul?
|
Sering = 4 anak
|
Kadang-kadang = 39
|
Tidak = 7 anak
|
||
Darimana kamu mengetahui bahasa
gaul?
|
Media massa = 21
|
Teman = 27
|
Keluarga = 2 anak
|
||
Lebih mudah mengunakan bahasa
Indonesia atau gaul?
|
Bahasa Indonesia = 26 anak
|
Bahasa gaul = 24 anak
|
|||
Apa yang harus dilakukan untuk
mengembalikan posisi bahasa Indonesia di kalangan pelajar?
|
Pembelajaran = 24 anak
|
Sosialisasi = 23 anak
|
Sadar diri = 3 anak
|
||
Data hasil angket menunjukkan hampir semua
sempel mengetahui apa itu bahasa gaul hal ini menunjukkan bahwa bahasa gaul
memang sudah merabak di kalangan pelajar. Berikutnya dalam pengaplikasiannya
banyak yang kadang-kadang menggunakan bahasa gaul. Dilihat dari sumbernya
bahasa gaul lebih mempengaruhi lewat media massa dan teman dan hanya sedikit
sekali dari keluarga. Yang terakhir siswa-siswi lebih memilih pembelajaran dan
sosialisasi untuk mengembalikan posisi bahasa Indonesia di kalangan pelajar.
Dalam penelitian yang selanjutanya, peneliti meneliti
apa saja ragam bahasa gaul yang digunakan pelajar serta alasannya mengapa
menggunakan bahasa tersebut. Hasilnya, bahasa gaul yang marak di kalangan
pelajar MAN Tlogo Blitar adalah loe, gue, woles, masbuloh, kales, dan
lain-lain. Serta alasan mereka menggunakannya cukup beragam seperti ikutan
teman, unik, kebiasaan, mudah diucapkan, lucu.
Tren ini sungguh memprihatinan, pemakaian
Bahasa Indonesia yang baik dan benar semakin menurun di kalangan pelajar.
Padahal menggunakan Bahasa Indonesia merupakan wujud dari kecintaan terhadap
tanah air Indonesia. Idealnya, Bangsa Indonesia dari segala generasi harus
mampu menggunakan Bahasa Indonesia yang baik dan benar, baik secara lisan
maupun tulisan. Hal ini sangat penting, mengingat Bahasa Indonesia merupakan
bahasa nasional.
Peniruan bahasa gaul oleh pelajar tentu
berdampak negatif terhadap pemakaian Bahasa Indonesia secara baik dan benar
pada saat ini dan pada masa yang akan datang. Saat ini sudah jelas di kalangan
pelajar sudah banyak adanya pemakaian bahasa gaul dan parahnya lagi generasi
muda Indonesia juga tidak lepas dari pemakaian bahasa gaul ini. Bahkan, para
generasi muda inilah yang paling banyak memakai bahasa gaul daripada memakai
Bahasa Indonesia.
Oleh karena itu dengan semakin maraknya
penggunaan bahasa gaul yang digunakan oleh pelajar, perlu adanya tindakan nyata
dari semua pihak yang peduli terhadap penggunaan Bahasa
Indonesia yang merupakan bahasa nasional, bahasa persatuan dan bahasa pengantar
dalam dunia pendidikan. Maka orang tua memiliki peran yang sangat kuat dalam
pemakaian bahasa, karena orang tua adalah sosok yang seharusnya
paling dekat secara psikologis dengan anak. Guru juga memegang peranan yang
sangat penting di sekolah yaitu memiliki pengaruh yang kuat dalam mengubah
perilaku atau bahkan karakter seorang anak didik.
Ada beberapa solusi yang dapat meningkatkan
penggunaan bahasa Indonesia antara lain:
a.
Menyadarkan
dan memotivasikan remaja akan fungsi dan pentingnya dari bahasa yang baku.
Upaya ini dimaksud untuk mengajak seseorang menyadari porsi dan tempat yang
tepat bagi penggunaan bahasa Indonesia yang baik dan benar.
b.
Membutuhkan
suatu upaya pembiasaan. Artinya, remaja dilatih untuk berbahasa secara tepat,
baik secara lisan maupun tulisan setiap saat setidaknya selama berada di
lingkungan sekolah. Pembiasaan ini akan sangat mempengaruhi perkembangan
kemampuan berbahasa pada remaja.
c.
Proses
penyadaran dan pembiasaan ini membutuhkan suatu kekuatan atau sanksi yang
mengikat, misalnya tugas menuliskan suatu artikel atau karangan dengan bahasa
yang baku. Hal ini akan menimbulkan keinginan pelajar untuk mempelajari bahasa
Indonesia yang baik dan benar.
III PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Bahasa gaul sering dipakai untuk komunikasi yang dapat dianggap
non-formal, yaitu ngobrol dengan teman, SMS, majalah remaja dan lain-lain.
Bahasa gaul dipakai oleh teman akrab seusia, khususnya anak remaja. Penggunaan bahasa gaul yang semakin marak di kalangan remaja bisa dikatakan merupakan
sinyal ancaman yang sangat serius terhadap bahasa indonesia dan pertanda
semakin buruknya kemampuan berbahasa generasi muda zaman sekarang. Sehingga
tidak dapat dipungkiri suatu saat bahasa Indonesia bisa hilang karena tergeser
oleh bahasa gaul di masa yang akan datang.
3.2 Saran
Bahasa
Indonesia adalah bahasa milik warga Negara Indonesia. Karena itu wajib hukumnya
bagi warga Negara Indonesia untuk merawat dan melestarikannya.
DAFTAR PUSTAKA
Arifin, Zainal, E. 1985. Cermat Berbahasa Indonesia untuk
perguruan tinggi. Jakarta:
Antar Kota.
Antar Kota.
Badudu, j.s. 1994. Tata Bahasa Praktis Bahasa Indonesia.
Jakarta: Bhrata Media.
http://wikipedia.org
[3] Asmadi
T.D. Arti Tanggal 2 Mei bagi Bahasa Indonesia. Laman Lembaga Pers Dr. Sutomo.
Edisi 08 Februari 2010. diakses 5 Maret 2010
0 comments: (+add yours?)
Post a Comment